Cartil(Caringin Tilu) dan Moko


Pengen hura-hura yang tidak hura-hura, bingung? Hahaha. Intinya sama-sama mencari kesenangan tapi hemat uang. Kali ini penuis akan menuliskan wisata hemat tapi dengan pemandangan lampu kota bandung yang eksotis.

IMG_3466

Caringin Tilu, atau lebih dikenal orang bandung dengan singkatan cartil. Menurut cerita dari penduduk setempat, daerah ini dinamakan caringin tilu dikarenakan dahulu kala ada tiga pohon beringin besar di daerah tersebut, namun pada saat partai yang bergambar pohon beringin kalah dalam pemilu ketiga pohon beringin tersebut mati. Entah apa hubungannya & kebenarannya, hahaha.

Di cartel ada warung langganan saya, Warung pak ajat namanya. Menu yang selalu saya pesan adalah pisang coklat keju yang di goreng dengan tepung yang renyah + kopi abc mocca untuk menemani udara yang dingin disini. Sayang saya tidak pernah foto warung dan menunya. Biaya nongkrong disini murah-meriah, dengan menu tsb hanya merogoh kocek 14ribu rupiah!

 

Lanjut kita akan membahas bukit moko, tempat yang terkenal beberapa waktu belakangan karena social media. Tempat ini masih terhitung satu jalur dengan cartil. Dari cartil, ikuti jalan kurang lebih 1 kilometer sampai bertemu persimpangan berbentuk Y, ambil jalur menanjak ke kiri.

IMG_4148

Di bukit moko, yang katanya puncak tertinggi di kota bandung, kita bisa melihat pemandangan kota bandung 180derajat! Jadi kita bisa menikmati sunrise dan sunset dari ketinggian!

_16

Pemandangan sunrise di bukit moko dengan latar belakang seseorang sedang ber-selfie, eksotis bukan?

IMG_3315

Masih susasana sunrise, tetapi matahari sudah agak naik ke ufuk. Terlihat kota bandung masih diselimuti awan. Suatu pemandangan yang membuat kita ingin loncat dan berguling-guling di awan.

IMG_3198

Terlihat dua sejoli terlihat sedang bercanda menikmati pemandangan

Namun, efek negative dari booming-nya tempat ini, terahir saya ketempat ini 2 bulan yang lalu, tempat ini agak sedikit berbeda. Jika dulu bebas masuk asalkan membeli di tempat ini, sekarang menjadi sistem kupon yang mengharuskan membayar 25ribu untuk masuk ke tempat ini. Walaupun kupon ini bisa ditukarkan dengan makanan & minuman (untuk kasus saya hanya mendapat indomie dan bandrek). Untuk tempatnya juga sangat ramai dan banyak sampah. Tidak sampai disitu, dahulu bisa parkir motor/mobil diatas, sekarang pintu masuknya ditutup dengan palang oleh pemuda setempat, kita ‘dipaksa’ untuk parkir dan berjalan kaki sampai keatas. Harga parkirnya juga terkesan ‘digetok’ 5ribu untuk motor, dan 25rb untuk mobil. Sungguh tidak sebanding dengan perawatan kawasan tersebut.

Dengan efek negative tersebut, jika saya berkunjung ke kawasan tsb hanya sampai nongkrong di cartil. Oiya, untuk mencapai kedua kawasan tsb usahakan kendaraan yang fit. Karena jalannya yang menanjak terus. Jika masih mau ke moko, disarankan membawa roda 2 yang fit atau SUV / mobil yang memiliki ground clearance tinggi dikarenakan jalan yang menanjak + tidak diaspal.


Leave a Reply